Apa Perbedaan Antara Supervised, Unsupervised, dan Reinforcement Learning?
Machine learning adalah bidang studi dimana manusia mencoba memberikan kemampuan kepada mesin untuk belajar dari data secara eksplisit. Mesin inilah yang kita sebut model machine learning dan yang kita gunakan untuk menyelesaikan masalah kita. Ada berbagai bentuk aplikasi machine learning di industri, misalnya: face recognition machine dan email spam detection adalah aplikasi model machine learning.
Mengetahui model machine learning mana yang harus diterapkan dalam setiap use case sangat penting karena tidak semua model dapat diaplikasikan untuk setiap use case. Model yang sesuai akan meningkatkan metrik model kita.
Machine learning adalah bidang yang luas dengan banyak istilah yang digunakan di dalamnya. Untuk memberikan pemahaman yang jelas tentang apa itu algoritma klasifikasi, pertama-tama kita perlu membahas tentang tiga sistem machine learning yang berbeda berdasarkan pengawasan manusia; Supervised, Unsupervised, dan Reinforcement Learning?
Supervised Learning adalah model machine learning yang menggunakan data training dari manusia yang mencakup solusi yang diinginkan. Data training sudah berisi jawaban untuk masalah yang ingin kita selesaikan, dan mesin diharapkan meniru pola pada input data (prediktor) untuk menghasilkan output yang serupa.
Contoh data training untuk Supervised Learning adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Data training untuk Supervised Learning
Ada dua typical tasks dari supervised learning; Klasifikasi dan Regresi. Apa perbedaan di antara keduanya? Pada dasarnya, perbedaannya berasal dari hasil prediksi.
Algoritma klasifikasi berfokus pada hasil prediksi diskrit, misalnya, prediksi Churn (keluar atau tidak), Heart Disease (terpengaruh oleh penyakit jantung atau tidak), dll.
Sebaliknya, algoritma regresi berfokus pada hasil prediksi numerik di mana hasilnya tidak terbatas pada kelas tertentu, misalnya: harga rumah, jarak mobil, penggunaan energi, dll.
Unsupervised Learning
Kita dapat mebayangkan unsupervised learning sebagai usaha cara menemukan variabel-variabel tertentu dari data. Seperti namanya, unsupervised learning machine learning tidak memiliki pengawasan atau panduan dari manusia dalam mempelajari data. Sebaliknya, mesin diharapkan menghasilkan solusi berdasarkan pembelajaran algoritma.
Unsupervised learning dimaksudkan untuk mengeksplorasi data dan menghasilkan output berdasarkan pembelajaran algoritma. Algoritma memberi umpan dari data training tanpa label dan menghasilkan learning output. perhatikan contoh hasil unsupervised learning dengan algoritma K-Means.
Gambar 2. Hasil unsupervised learning dengan K-Means
Hasil di atas adalah algoritma Clustering yang digunakan untuk mengelompokkan data ke dalam sejumlah group. Pemanfaatan lain dari unsupervised learning adalah Dimensionality Reduction yang menyederhanakan data tanpa kehilangan terlalu banyak informasi dari data asli.
Model machine learning adalah algoritma yang dirancang untuk mempelajari data dan membuat output yang memecahkan masalah manusia. Apa itu algoritma klasifikasi dalam machine learning, dan seberapa berguna setiap model dalam menyelesaikan masalah bisnis kita?
Intip Modul DQLab Tentang Algoritma Machine Learning Disini, Yuk!
Dengan modul dan materi yang update, belajar python menggunakan bahasa menjadi lebih mudah dan terstruktur bersama DQLab. Karena terdiri dari modul-modul up-to-date dan sesuai dengan penerapan industri yang disusun oleh mentor-mentor berpengalaman dibidangnya dari berbagai unicorn, dan perusahaan besar seperti Tokopedia, DANA, Jabar Digital dan masih banyak lagi. Yuk, belajar terstruktur dan lebih interaktif cukup dengan Sign up sekarang di DQLab.id atau klik button dibawah ini untuk nikmati pengalaman belajar yang seru dan menyenangkan!
Penulis: Rian Tineges
Editor: Annissa Widya Davita
A. M. Argina, “Penerapan Metode Klasifikasi K-Nearest Neigbor pada Dataset Penderita Penyakit Diabetes,†Indonesian Journal of Data and Science, vol. 1, no. 2, 2020, doi: 10.33096/ijodas.v1i2.11.
D. Sisodia and D. S. Sisodia, “Prediction of Diabetes using Classification Algorithms,†in Procedia Computer Science, 2018, vol. 132. doi: 10.1016/j.procs.2018.05.122.
D. Tomar and S. Agarwal, “A survey on data mining approaches for healthcare,†International Journal of Bio-Science and Bio-Technology, vol. 5, no. 5, 2013, doi: 10.14257/ijbsbt.2013.5.5.25.
D. A. Agatsa, R. Rismala, and U. N. Wisesty, “Klasifikasi Pasien Pengidap Diabetes Metode Support Vector Machine,†e-Proceeding of Enginering, vol. 7, no. 1, 2020.
D. A. Nasution, H. H. Khotimah, and N. Chamidah, “Perbandingan Normalisasi Data untuk Klasifikasi Wine Menggunakan Algoritma K-NN,†Computer Engineering, Science and System Journal, vol. 4, no. 1, 2019, doi: 10.24114/cess.v4i1.11458.
H. Henderi, “Comparison of Min-Max normalization and Z-Score Normalization in the K-nearest neighbor (kNN) Algorithm to Test the Accuracy of Types of Breast Cancer,†IJIIS: International Journal of Informatics and Information Systems, vol. 4, no. 1, 2021, doi: 10.47738/ijiis.v4i1.73.
I. M. K. Karo, A. Khosuri, and R. Setiawan, “Effects of Distance Measurement Methods in K-Nearest Neighbor Algorithm to Select Indonesia Smart Card Recipient,†2021. doi: 10.1109/ICoDSA53588.2021.9617476.
B. Muhamad Akbar, A. T. Akbar, and R. Husaini, “Analisis Sentimen dan Emosi Vaksin Sinovac pada Twitter menggunakan Naïve Bayes dan Valence Shifter,†Jurnal Teknologi Terpadu, vol. 7, no. 2, pp. 83–92, 2021.
F. W. Townes, S. C. Hicks, M. J. Aryee, and R. A. Irizarry, “Feature selection and dimension reduction for single-cell RNA-Seq based on a multinomial model,†Genome Biol, vol. 20, no. 1, 2019, doi: 10.1186/s13059-019-1861-6.
A. Rana and R. Pandey, “A review of popular decision tree algorithms in data mining,†Asian Journal of Multidimensional Research, vol. 10, no. 10, 2021, doi: 10.5958/2278-4853.2021.00837.5.
I. M. K. Karo, M. Y. Fajari, N. U. Fadhilah, and W. Y. Wardani, “Benchmarking Naïve Bayes and ID3 Algorithm for Prediction Student Scholarship,†IOP Conf Ser Mater Sci Eng, vol. 1232, no. 1, p. 012002, Mar. 2022, doi: 10.1088/1757-899X/1232/1/012002.
I. M. Karo Karo, S. Nadia Amalia, dan Dian Septiana, P. Ilmu Komputer, and P. Matematika, “Klasifikasi Kebakaran Hutan Menggunakan Feature Selection dengan Algoritma K-NN, Naive Bayes dan ID3,†Journal of Software Engineering, Information and Communication Technology, vol. 3, no. 1, pp. 121–126, 2022.
I. M. Karo Karo, M. F. M. Fudzee, S. Kasim, and A. A. Ramli, “Sentiment Analysis in Karonese Tweet using Machine Learning,†Indonesian Journal of Electrical Engineering and Informatics, vol. 10, no. 1, pp. 219–231, Mar. 2022, doi: 10.52549/ijeei.v10i1.3565.
Saat ini, perusahaan berteknologi besar maupun kecil, semua bersaing untuk mewujudkan teknologi paling canggih. Kamu pasti pernah mendengar atau membaca bacaan yang membahas tentang perusahaan berteknologi berskala besar. Hal tersebut pasti tidak jauh dengan istilah yang digunakan pada teknologi seperti, Data Science, AI (Artificial Intelligence), Machine Learning, Deep Learning, hingga Natural Language Processing.
Dalam dunia Data Science, kita dapat membuat model Machine Learning menggunakan beberapa bahasa di antaranya adalah Python. Python saat ini masih menjadi bahasa yang sangat digemari oleh banyak pihak. Hasil belajar Machine Learning dengan python banyak sekali menghasilkan tools yang membantu dalam kemudahan interaksi bahkan mempersingkat kerja manusia.
Tipe tipe algoritma pada Machine Learning terdiri dari Unsupervised Learning, Supervised Learning dan Semi Supervised Learning. Seperti yang pernah dibahas di artikel lainnya, Machine Learning tanpa data maka tidak akan bisa bekerja. Oleh sebab itu, hal yang pertama kali perlu disiapkan adalah data. Untuk menghasilkan pola atau suatu kesimpulan yang diinginkan, algoritma pada Machine Learning menghasilkan suatu model yang didasari sebuah data. Setelah mengetahui garis besar tipe algoritma-algoritma Machine learning secara umum, berikut ini sedikit penjelasan terkait contoh-contoh dari algoritma yang telah disebutkan di atas!
Support Vector Machine
SVM (Support Vector Machine) adalah algoritma klasifikasi yang memiliki kinerja yang bagus, tingkat keakuratan yang dinilai cukup tinggi untuk pengklasifikasian data, dan error rate yang dihasilkan minimum. Adapun keuntungan dari algoritma SVM adalah dapat menentukan hyperplane atau pemisah dengan memilih bidang yang memiliki optimal margin maka generalisasi pada SVM dapat terjaga dengan sendirinya, tingkat generalisasi pada SVM tidak dipengaruhi oleh jumlah data latih , dengan menentukan parameter soft margin, noise dapat dikontrol pada kesalahan klasifikasi sehingga proses pelatihan menjadi jauh lebih ketat.
Algoritma KNN atau sering disebut K-Nearest Neighbor merupakan algoritma yang melakukan klasifikasi berdasarkan kedekatan jarak suatu data dengan data yang lain. Dekat atau jauh suatu jarak dihitung berdasarkan jarak Euclidean. KNN merupakan salah satu algoritma non parametrik yang digunakan dalam pengklasifikasian. Selain naive bayes, algoritma KNN juga menjadi algoritma pengklasifikasian yang terkenal dengan tingkat keakuratan yang baik. Keuntungan dari algoritma KNN adalah sangat nonlinear, lebih mudah dipahami dan diimplementasikan karena kita cukup mendefinisikan fungsi untuk menghitung jarak antar-instance, menghitung jarak x dengan semua instance lainnya berdasarkan fungsi tersebut dan menentukan kelas x sebagai kelas yang paling banyak muncul di k-instance.
Baca juga : Belajar Data Science: Pahami Penggunaan Machine Learning pada Python
K-Means Clustering
Seperti namanya, algoritma ini biasa digunakan untuk kasus clustering. K-means Clustering adalah salah satu contoh algoritma Unsupervised Machine Learning yang paling sederhana dan populer. Metode K-Means Clustering berusaha mengelompokkan data yang ada ke dalam beberapa kelompok, dimana data dalam satu kelompok mempunyai karakteristik yang sama satu sama lainnya dan mempunyai karakteristik yang berbeda dengan data yang ada di dalam kelompok yang lain.
Cara kerja algoritma ini mula-mula adalah dengan membentuk sejumlah k titik, yang disebut dengan centroid (dimana nilai k merepresentasikan jumlah cluster). Kemudian titik-titik data (data points) yang ada akan membentuk cluster dengan centroid terdekat darinya. Otomatis, titik pusat (centroid) akan berubah seiring dengan pertambahan anggota tiap cluster-nya (yang mana adalah data points tadi). Oleh karena itu, tiap-tiap cluster yang telah terbentuk akan mencari titik centroid barunya. Proses ini terus menerus dilakukan hingga diperoleh kondisi konvergensi, contohnya jika posisi centroid sudah tidak berubah.
Terdapat dua jenis data clustering yang sering dipergunakan dalam proses pengelompokan data yaitu Hierarchical dan Non-Hierarchical, dan K-Means merupakan salah satu metode data clustering non-hierarchical atau Partitional Clustering.
Decision Tree adalah salah satu metode klasifikasi yang paling populer, karena mudah untuk diinterpretasi oleh manusia. Decision Tree adalah model prediksi menggunakan struktur pohon atau struktur berhirarki. Algoritma Machine Learning jenis ini melakukan tugasnya dengan menggunakan konsep struktur flowchart bercabang menggunakan decision rules atau aturan-aturan keputusan yang dibuat oleh desainernya.
Pada dasarnya, Decision Tree dimulai dengan satu node atau simpul. Kemudian, node tersebut bercabang untuk menyatakan pilihan-pilihan yang ada. Selanjutnya, setiap cabang tersebut akan memiliki cabang-cabang baru. Maka dari itu, metode ini disebut "tree" karena bentuknya menyerupai pohon yang memiliki banyak cabang. Mengutip dari Venngage, Decision Tree memiliki tiga elemen di dalamnya, yaitu:
Root node (akar), Tujuan akhir atau keputusan besar yang ingin diambil.
Branches (ranting), Berbagai pilihan tindakan.
Leaf node (daun), Kemungkinan hasil atas setiap tindakan.
Dalam Machine Learning kita akan sering mendengar tentang metode Random Forest yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan. Metode Random Forest merupakan salah satu metode dalam Decision Tree. Random Forest adalah kombinasi dari masing-masing tree yang baik kemudian dikombinasikan ke dalam satu model. Random Forest bergantung pada sebuah nilai vector random dengan distribusi yang sama pada semua pohon yang masing masing Decision Tree memiliki kedalaman yang maksimal.
Oleh karena itu, prinsip dasar random forest mirip dengan Decision Tree. Masing-masing Decision Tree akan menghasilkan output yang bisa saja berbeda-beda. Nah, Random Forest ini akan melakukan voting untuk menentukan hasil mayoritas dari semua Decision Tree. Sederhananya, Random Forest akan memberikan output berupa mayoritas hasil dari semua Decision Tree.
Baca juga : Machine Learning vs Deep Learning Korelasi AI, Machine Learning dan Deep Learning
Reinforcement Learning
Reinforcement learning adalah sistem machine learning yang melakukan tugas dengan memaksimalkan reward melalui tindakan tertentu. Reinforcement learning menggunakan agen untuk mengamati keadaan lingkungan tertentu dan memilih suatu keadaan untuk bertindak. Tindakan akan menghasilkan reward atau penalty tergantung pada pilihan tersebut. Reinforcement learning akan mendorong algoritma untuk menemukan strategi terbaik dalam memaksimalkan reward. Keputusan tersebut kemudian akan menjadi agen dalam suatu lingkungan tertentu.
Kita sering menggunakan reinforcement learning ketika kita tidak memiliki banyak data atau mendapatkan data dengan berinteraksi dengan lingkungan. Contoh reinforcement learning adalah self-driving car dan AI Chess.
K-Nearest Neighbor (K-NN)
K-Nearest Neighbor atau K-NN adalah algoritma klasifikasi sederhana berbasis jarak data dan masalah optimasi Nearest Neighbor. Tidak seperti model-model sebelumnya, K-NN tidak mempelajari parameter seperti koefisien tetapi hanya menggunakan data aktual sebagai model.
Algoritma K-NN bertujuan untuk mengukur kedekatan data baru dibandingkan dengan data pelatihan yang telah dipelajari sebelumnya oleh model. Alih-alih mempelajari parameter apa pun, model menetapkan K jumlah observasi terdekat untuk mengklasifikasikan data baru.
Cara termudah untuk memahami cara kerja K-NN adalah dengan membayangkan model sebagai peta, dan setiap titik baru ditetapkan ke kelas baru dengan mayoritas jumlah K observasi terdekat menggunakan pengukuran jarak (seringkali Euclidean Distance).
Perhatikan gambar di bawah ini.
Gambar 13. Contoh model K-NN
Gambar di atas menunjukkan data aktual dari dua kelas yang berbeda (biru dan oranye). Bintang adalah data baru yang K-NN mencoba prediksi. Jika kita set K = 3, data baru akan mencari tiga data terdekat. Dengan menggunakan contoh di atas, data baru akan diklasifikasikan sebagai biru karena sebagian besar data terdekat adalah biru. Namun, jika kita meningkatkan K = 5, K-NN akan mengklasifikasikan data baru sebagai oranye karena mayoritas bergeser.
Sebagai catatan, jangan gunakan angka genap untuk K karena klasifikasi akan menjadi prediksi acak jika seri. Menemukan jumlah K yang optimal juga merupakan eksperimen, jadi cobalah mengevaluasi model pembelajaran mesin dengan metrik yang relevan.
Neural Networks adalah model machine learning yang didasarkan pada otak saraf manusia, dan model ini adalah subset dari machine learning yang fokus pada deep learning method. Secara lebih rinci, neural network biasanya terdiri dari tiga komponen simpul (node):
Mari kita lihat gambar di bawah ini untuk mendapatkan detail lebih mendalam.
Gambar 14. Model Neural Network
Secara umum, Anda bisa memiliki jumlah hidden layer yang tak terbatas untuk meningkatkan algoritma. Namun, lebih banyak node berarti daya komputasi dan waktu pelatihan yang semakin tinggi. Jadi, tidak baik jika meningkatkan jumlah layer terlalu tinggi.
Neural network menghitung prediksi dengan menghitung data melalui layer. Data diproses dalam hidden layer node di mana setiap node terdiri dari dua fungis: linear function, dan activation function. Anggaplah fungsi linear sebagai model linear, dan activation function adalah fungsi yang memperkenalkan non-linearitas ke model. Untuk menyelaraskan perhitungan, metode backpropagation digunakan.
Singkatnya, setiap data di layer input akan melewati hidden layer, dan fungsi akan membuat nilai output.
Neural network sering digunakan untuk prediksi data tidak terstruktur, seperti data gambar, teks, atau audio, karena neural network dapat mengonsumsi data ini. Ini juga memungkinkan banyak kasus penggunaan, seperti image recognition, text recognition, dll.
Model machine learning adalah algoritma yang dirancang untuk mempelajari data dan membuat output yang menyelesaikan masalah manusia. Klasifikasi dalam machine learning berkaitan dengan hasil prediksi diskrit.
Kita telah membahas tujuh algoritma klasifikasi berbeda, yaitu:
Support Vector Machine (SVM)
K-Nearest Neighbour (K-NN)
Untuk dapat menemukan pola dibalik suatu dataset agar bisa lebih bermanfaat lagi, diperlukan sebuah algoritma machine learning. Machine learning sendiri membahas tentang bagaimana cara mesin dapat belajar sendiri sehingga mesin tersebut dapat melakukan tugas tertentu tanpa terprogram secara eksplisit. Tidak seperti AI yang dapat meniru kemampuan manusia dalam merespon suatu sistem, machine learning justru mampu membuat algoritmanya sendiri untuk proses belajar. Konsep kerja machine learning dalam menggunakan algoritma yang telah terprogram adalah dengan menerima dan menganalisis data inputan untuk kemudian dapat memprediksi nilai keluaran atau output.
Berdasarkan algoritma-algoritma tersebut terdiri dari tiga tipe algoritma diantaranya Supervised Learning, Unsupervised Learning, dan Reinforcement Learning. Pada kesempatan kali ini, kami akan membahas tentang empat rekomendasi algoritma machine learning yang digunakan untuk pengklasifikasian. Jadi, jangan beranjak dan baca artikel DQLab sampai selesai, ya!
Random forest merupakan salah satu algoritma yang digunakan untuk pengklasifikasian dataset dalam jumlah besar. Klasifikasi random forest dilakukan melalui penggabungan tree dengan melakukan training dataset yang kamu miliki. Selain itu, algoritma random forest menggunakan algoritma decision tree untuk melakukan proses seleksi. Dimana tree atau pohon yang dibangun dibagi secara rekursif dari data pada kelas yang sama. Proses klasifikasi pada random forest berawal dari memecah data sampel yang ada dalam decision tree secara acak. Setelah pohon terbentuk,maka akan dilakukan voting pada setiap kelas dari data sampel. Kemudian, mengkombinasikan vote dari setiap kelas kemudian diambil vote yang paling banyak.Dengan menggunakan random forest pada klasifikasi data maka, akan menghasilkan vote yang paling baik. Pada saat proses klasifikasi selesai dilakukan, inisialisasi dilakukan dengan sebanyak data berdasarkan nilai akurasinya. Keuntungan penggunaan random forest yaitu mampu mengklasifikasi data yang memiliki atribut yang tidak lengkap,dapat digunakan untuk klasifikasi dan regresi akan tetapi tidak terlalu bagus untuk regresi, lebih cocok untuk pengklasifikasian data serta dapat digunakan untuk menangani data sampel yang banyak.
Baca juga : 3 Jenis Algoritma Machine Learning yang Dapat Digunakan di Dunia Perbankan
Naive bayes merupakan metode pengklasifikasian paling populer digunakan dengan tingkat keakuratan yang baik. Banyak penelitian tentang pengklasifikasian yang telah dilakukan dengan menggunakan algoritma ini. Berbeda dengan metode pengklasifikasian dengan logistic regression ordinal maupun nominal, pada algoritma naive bayes pengklasifikasian tidak membutuhkan adanya pemodelan maupun uji statistik. Naive bayes merupakan metode pengklasifikasian berdasarkan probabilitas sederhana dan dirancang agar dapat dipergunakan dengan asumsi antar variabel penjelas saling bebas (independen). Pada algoritma ini pembelajaran lebih ditekankan pada pengestimasian probabilitas. Keuntungan algoritma naive bayes adalah tingkat nilai error yang didapat lebih rendah ketika dataset berjumlah besar, selain itu akurasi naive bayes dan kecepatannya lebih tinggi pada saat diaplikasikan ke dalam dataset yang jumlahnya lebih besar.
Support Vector Machine (SVM)
SVM adalah algoritma klasifikasi yang cukup populer karena berhasil melampaui beberapa algoritma canggih lainnya pada kasus tertentu, seperti digits recognition. Dalam istilah yang lebih sederhana, SVM adalah pengklasifikasi yang membuat batasan untuk memisahkan kelas-kelas yang berbeda. Data disebut support vektor untuk membantu membuat batasan.
Batasan itu disebut hyperplane atau pembagi. Ini dihitung berdasarkan dataset dan dengan mengukur margin terbaik dengan memindahkan hyperplane. Ketika data berada dalam dimensi yang lebih tinggi atau ketika ada data yang tidak dapat dipisahkan secara linear, kita akan menggunakan Kernel trick untuk menemukan hyperplane.
Perhitungan untuk mengukur hyperplane memang sulit, dan saya menyarankan membaca materi berikut di sini. Berikut adalah representasi gambar SVM.
Gambar 12. Ilustrasi SVM dapat dipisahkan dari hyperplane
Logistic Regression
Logistic Regression atau Logit Regression adalah algoritma klasifikasi untuk mengklasifikasikan data ke dalam dua kategori. Istilah regresi sebaiknya tidak disalahartikan sebagai regresi dari supervised learning karena regresi dalam Logistic Regression mengacu pada Generalized Linear Model (GLM) dengan Fungsi Logit.
Model ini adalah salah satu model paling sederhana dalam algoritma klasifikasi dan digunakan dalam banyak contoh real-case seperti prediksi penyakit, prediksi churn, prediksi repeat-order, dan banyak kasus penggunaan klasifikasi lainnya.
Mengenai persamaannya, GLM adalah model kelas luas yang mencakup banyak model, misalnya: Linear Regression, ANOVA, dan Logistic Regression.
Logistic Regression mengikuti tiga komponen dasar GLM, yaitu:
Gambar 3. Struktur dasar GLM
Random Component (E(Y)): Ini adalah distribusi probabilitas model Logistic Regression (Variabel Respons), dalam hal ini, Binomial distribution atau lebih tepatnya, probabilitas keberhasilan suatu peristiwa (E(Y) = 1).
Systematic Component: Ini adalah variabel-variabel penjelas (x1, x2, …, xn) dalam prediktor linear (+1 X1 +2X2 + … + nXn).
Link Function (g()): Ini adalah fungsi yang menghubungkan nilai yang diharapkan (E(Y))) dari variabel terikat pada prediktor linier. Linear Regression menggunakan Fungsi Logit, yaitu log(P/1-P) di mana P adalah Probabilitas Keberhasilan (E(Y) = 1). Dengan Fungsi Logit, hasil diharapkan berada antara 0 hingga 1.
Semua struktur di atas akan membuat model yang disebut Logistic Regression.
Decision Tree adalah model klasifikasi di mana proses pembelajaran adalah metode untuk mendekati fungsi target diskrit yang direpresentasikan oleh decision tree. Kata tree merujuk pada mathematical graph theory, yang didefinisikan sebagai grafik tidak berarah di mana dua simpul (node) terhubung oleh satu jalur (path).
Sederhananya, decision tree adalah model klasifikasi untuk mengelompokkan data berdasarkan struktur pohon terbalik. Decision tree akan membuat simpul yang terus membagi berdasarkan pembelajaran data dan akan berhenti sampai parameter yang telah kita tentukan atau tidak ada lagi pembagian yang terjadi. Contoh decision tree ditunjukkan dalam gambar di bawah ini.
Gambar 4. Contoh Decision Tree
Bagaimana decision tree menentukan fitur dan nilai apa yang akan dibagi? Ada beberapa algoritma dalam pengambilan keputusan, tetapi yang umum adalah Gini Index, Entropy and Information Gain metrics. Ide dasar penggunaan kedua algoritma pembagian adalah untuk mengukur seberapa baik pembagiannya berdasarkan nilai yang kita bagi dan hasilnya. Perhatikan gambar di bawah ini untuk memahami bagaimana algoritma menentukan titik pembagian terbaik.
Gambar 5. Penentuan titik pembagian decision tree
Gambar di atas menunjukkan di mana X1 berada dalam dua nilai, dan nilai Information Gain (IG) berbeda. Pembagian terbaik adalah ketika IG lebih tinggi, sehingga X1 = 2 adalah titik pembagian terbaik. Pembagian terus berlanjut sampai simpul hanya memiliki satu kelas atau memenuhi hyperparameter yang telah kita atur.
Decision tree adalah salah satu model yang populer digunakan oleh banyak ahli data karena cepat dan mudah dijelaskan. Namun, model ini mengalami banyak masalah overfitting. Itulah mengapa banyak model dikembangkan dengan decision tree sebagai dasarnya — misalnya, Random Forest.
Random Forest adalah algoritma klasifikasi yang didasarkan pada decision tree. Nama random berasal dari randomisasi yang diperkenalkan dalam algoritma, dan nama forest berasal dari beberapa decision tree yang membangun model tersebut.
Sebelum kita membahas random forest , kita perlu memahami konsep ensemble learning karena model random forest diklasifikasikan sebagai salah satu dari mereka. Ensemble Learning adalah konsep dimana kita menggunakan beberapa algoritma untuk mencapai hasil prediksi dan kinerja yang lebih baik. Misalnya, kita menggunakan beberapa algoritma decision tree untuk membangun model random forest.
Tepatnya, random forest diklasifikasikan sebagai bootstrapping aggregating (bagging) ensemble. Apa itu bagging, dan bagaimana model bekerja? Pertama, kita perlu memahami konsep bootstrap dalam statistik. Bootstrap adalah metode untuk pengambilan sampel acak dengan penggantian; dengan kata lain, kita membuat dataset baru dari dataset yang sama dengan pengulangan. Perhatikan gambar di bawah ini untuk memahami bootstrap.
Gambar 6. Contoh Bootstraping
Gambar di atas menunjukkan bagaimana bootstrap bekerja. Kita memperlakukan data asli sebagai kolam, mengambil sampel ulang data dari sana, dan setiap dataset yang di-bootstrap bisa berisi nilai yang sama. Contoh di atas menunjukkan dua data yang di-bootstrap dengan tiga sampel untuk setiap dataset.
Kita akan menggunakan beberapa decision tree yang secara eksplisit dilatih dengan data yang di-bootstrapped dalam model random forest. Untuk setiap decision tree yang kita gunakan, kita melatih pada data bootstrap yang berbeda. Jadi, jika kita memiliki 100 decision tree dalam random forest, kita akan melatih 100 decision tree dalam 100 data bootstrap yang berbeda.
Kita menggunakan metode bootstrap untuk memperkenalkan ke-random-an ke dalam model dan menghindari overfitting karena data bootstrap akan memiliki estimasi distribusi yang serupa dengan data asli tetapi berbeda. Proses ini akan memastikan terjadinya generalisasi.
Selain itu, untuk menghindari overfitting lebih lanjut, algoritma random forest dapat mengurangi jumlah fitur yang akan dipertimbangkan saat membuat data bootstrap.
Seringkali, ini adalah akar kuadrat total fitur dari data asli; jadi jika data asli kita memiliki empat fitur, kita akan menggunakan dua fitur dalam data bootstrap kita. Pemilihan fitur juga dilakukan secara acak untuk menghindari overfitting lebih lanjut.
Pada akhirnya, setiap decision tree akan memiliki output probabilitas. Output dari random forest akan menjadi rata-rata dari setiap decision tree. Gambar di bawah ini merangkum algoritma random forest.
Gambar 6. Algoritma Random Forest secara umum
Naive Bayes adalah algoritma klasifikasi berdasarkan Teorema Bayes ( Bayes Theorem). Berbeda dengan frequentist theorem, di mana probabilitas suatu peristiwa didasarkan pada data saat ini, Teorema Bayes akan memperbarui probabilitas berdasarkan probabilitas sebelumnya (prior probability).
Sebagai contoh, kita mengasumsikan bahwa probabilitas hujan adalah 50% ketika cuaca cerah, tetapi setiap hari kita memperbarui probabilitas dengan setiap informasi yang tersedia. Probabilitas Teorema Bayes dapat dijelaskan dalam gambar berikut.
Gambar 7. Persamaan Theorema Bayes
Gambar di atas menunjukkan Teorema Bayes di mana:
P(A|B) adalah probabilitas posterior (Probabilitas peristiwa A terjadi jika B benar)
P(B|A) adalah probabilitas peristiwa B terjadi jika A benar. Kita juga bisa mengatakan ini adalah peluang (likelihood) A akan terjadi jika B tetap.
P(A) dan P(B) adalah prior probabilities; tanpa syarat apapun atau bila tidak ada bukti, seberapa besar kemungkinan terjadinya peristiwa A atau B.
Sehubungan dengan dataset, kita dapat menyatakan persamaan awal Naive Bayes seperti gambar di bawah.
Gambar 8. persamaan awal Naive Bayes
Mari kita ambil contoh dari dataset sebelumnya dan katakanlah X = (Width = 15, Weight = 100, Color = Red) dan y = Apple. Jadi kita bisa menyatakan bahwa pengklasifikasi Naive Bayes P(y|X) adalah probabilitas Apple diberikan Width = 15, Weight = 100, dan Color = Red. Untuk menghitung probabilitas, biasanya algoritma Naive Bayes memerlukan data kontinu untuk diskritisasi atau menggunakan estimasi densitas probabilitas. Tetapi untuk contoh kali ini, mari kita anggap mereka adalah kategorikal.
Jika kita masukkan semua informasi dari data kita ke dalam algoritma Naive Bayes, maka akan seperti gambar di bawah ini.
Gambar 9. Perhitungan Apel dengan Naive Bayes
Kita memasukkan informasi pada data yang kita miliki. Untuk P(Apple) atau prior adalah kemunculan label Apple dibandingkan dengan semua data yang ada, yaitu 3/5. Sebagai contoh, likelihood dari P(Width = 15 | Apple) hanya muncul dalam 1 data dari semua 3 data dengan label Apple.
Kita juga dapat menghitung probabilitas invers (Not Apple, diberikan data) dengan persamaan dan hasil berikut.
Gambar 10. Perhitungan Bukan Apel dengan Naive Bayes
Jika kita menggunakan hasil di atas, probabilitas Apple lebih tinggi daripada Not Apple, artinya data akan menghasilkan Apple. Biasanya, probabilitas akan dinormalisasi untuk kedua kasus, sehingga kita selalu memiliki total probabilitas sebesar 1 dengan persamaan berikut.
Gambar 11. Perhitungan Naive Bayes yang sudah dinormalisasi
Naive Bayes sering digunakan karena kemudahan dan kesederhanaan algoritmanya. Waktu pelatihan juga cukup cepat dibandingkan dengan algoritma yang lain. Model ini populer pada use-case NLP karena berfungsi baik dalam banyak kasus NLP, seperti analisis sentimen, sentiment analysis, spam filtering, dan lain sebagainya.